Kamis, 21 Maret 2013

“Emangnya kamu bisa jadi teladan buat adik-adikmu?

Itu pertanyaan yang menggelitik saya dan berasal dari seseorang yang mungkin merasa diri pantas mengatakannya karena status ekonomi dan pendidikannya saat itu. Sekarang beliau sudah menjadi seorang dokter. Tapi ah bukan karena itu diucapkan oleh orang tersebut melainkan karena muatannya.

Ya, saya anak pertama dengan dua orang adik, perempuan dan laki-laki dengan beda usia 3 dan 6 tahun. Saya cukup dipercaya untuk memilihkan jurusan mereka saat kuliah. Sembah nuwun Gusti, keluarga kami termasuk keluarga yang cukup beruntung. bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang kuliah.

Bukan berarti saya cukup berhasil dengan jurusan pilihan saya. Saya masuk di pilihan ketiga saat ujian masuk salah satu perguruan tinggi negeri di kota kami. Akan tetapi passing gradenya masih masuk menengah lah ;). 

Adik saya yang perempuan, saya sarankan masuk ke jurusan sosek pertanian (agribisnis) karena dia ingin bekerja di bank dengan penampilannya yang memang menunjang. Mengapa bukan ekonomi? Karena dia dari jurusan IPA di SMAnya dan saya mengamati bak akhir-akhir ini juga merekrut lulusan pertanian. Setelah 4 tahun lebih kuliah, lulus cum laude (padahal saya tidak, kebanyakan aktivitas organisasi, ngeles :)), dan menunggu beberapa bulan hingga akhirnya dia ketrima di salah satu bank BUMN ternama, thx God. Saya senang dan bangga sebagai kakak walau tidak bersumbangsing banyak, selain doa di salah satu biara terkenal di Ruteng yang kerap mengabulkan doa yang kita tulis karena suster-suster di sana memang suster kontemplasi yang sehari-harinya berdoa.

Adik laki-laki saya sekarang masih di semester 4 bangku kuliah. Dia di jurusan sosiologi sama seperti saya dan adik perempuan saya di perguruan tinggi negeri di kota kami. Itu juga jurusan yang saya bantu pilih. Awalnya dia ingin masuk arkeologi namun kami mengarahkan pada sosiologi. Sebenarnya tak dinyana, adik saya ini masuk di pilihan pertama, tidak seperti kakak-kakaknya. Dia kurang lebih mirip dengan saya dengan cara yang berbeda, kami sama-sama aktif di organisasi, dia di mapala, saya di organisasi lain. Sampai dia pernah cuti kuliah satu minggu untuk kegiatan mapala o la la. Semoga dia bisa lulus tepat waktu dengan nilai yang memuaskan juga. Salah satu mimpinya adalah keliling Indonesia, mengingatkan mimpi saya dulu.

Entah apa saya bisa dibilang bisa menjadi teladan atau tidak buat adik-adik saya, itu bukan hal yang penting. Akan tetapi saya berpikir saya yang memang tidak suka banyak berbicara (karena kata-kata kita harus dipertanggungjawabkan) dan lebih suka berbuat beranggapan bahwa sampai saat ini kami masih lumayan. Hal ini akan diuji waktu. Semoga kita bisa berbuat sedikit saja untuk keluarga kita karena mau tidak mau kita menyadari bahwa keluarga adalah dasar utama bagi komunitas, negara, bahkan yah dunia.

Rabu, 06 Maret 2013

Semangat yang berasal dari AC Milan


en.wikipedia.org


Saya sebenarnya tidak ingat jelas kapan pertama kali saya suka nonton bola. Hal yang cukup saya ingat, waktu duduk di bangku SMP, saya mempunyai teman-teman perempuan yang tergolong tomboy dan menyukai bola. Salah satu hari yang menyenangkan adalah hari senin, saat kami bercerita tentang pertandingan malam sebelumnya. Bukan berarti tim favorit kami sama, sebagai contoh: saya sangat mengidolakan AC Milan dan Paolo Maldini saat itu. Ada teman yang menjagokan Juventus dan Del Pieronya, ada yang menyukai David Beckham dan MUnya.

Jangan-jangan teman-teman tidak tahu siapa itu Paolo Maldini? Dia adalah pemain legendaris AC Milan, yang bermain hanya untuk klub AC Milan saja dari sejak dia dididik di sekolah sepak bola AC Milan sampai dia gantung sepatu di tahun 2009. Yah dia dah pensiun siy, kan regenerasi, tetapi tetap saja dia jadi idola saya.

Mengapa dia bisa menjadi idola saya? Yah, awalnya saya menyukai pemain yang banyak disukai teman-teman yang lain, sebut saja David Beckham dan Inzaghi yang kala itu bermain untuk Juventus. Namun saya berpikir, apa istimewanya saya jika saya juga mneyukai tim dan pemain yang sama dengan teman saya, maka tertambatlah hati saya (dalam hal sepak bola tentunya-red) pada sosok bek kiri AC Milan yang juga kapten di timnya. Selain sebagai bek yang tangguh, terkadang dia juga dapat mencetak gol Maldini punya mata yang biru dan tentu saja sosok yang tidak bisa dilewatkan, halah susah banget bilang ganteng J Dia juga punya keluarga yang harmonis (tidak kawin cerai) bahkan dia menjadi duta UNICEF mungkin salah satunya karena dia punya pabrik mainan anak-anak. Jadi tidak ada alasan untuk tidak menjadikannya idola.

Saya sempat mempopulerkan diri sebagai Ajeng Sumal-mal dari nama Maldini sampai saya SMA. Bahkan tanda tangan saya yang sampai sekarang saya gunakan merupakan inisial dari klub AC Milan dan Juventus, o la la. Mau mengubahnya tetapi tanda tangan itu sudah beredar di berbagai tempat. Bahkan saat kemarin Maldini,dkk melawat ke Indonesia sebagai tim AC Milan Glorie melawan timnas Indonesia, beberapa keluarga menghubungi saya karena mereka tahu betul saya menyukai Maldini.

Dulu, kamar saya sempat dipenuhi poster Maldini dan AC Milan, sampai sekarang barang-barang berbau AC Milan masih ada di rumah kami di Jogja dan saya hibahkan kepada adik laki-laki saya. Sampai-sampai dia juga menyukai AC Milan. Namun suatu waktu saat Italia kalah dari Korsel di Piala Dunia 2002, saya memutuskan untuk mencopot poster-poster itu. Bukan berarti saya berhenti menyukai Italia, saya sakit hati pada wasit yang memimpin pertandingan itu. Saya bahkan membuat email (yang sampai sekarang masih aktif) yang artinya adalah tidak ada wasit yang baik J Sekarang saya baru tersadar ketika kita begitu menyukai suatu hal, terkadang kita mencari kambing hitam atas kegagalan hal tersebut, entah waktu itu wasitnya bagaimana tetapi yah begitulah.     

Sempat sekitar 1,5 tahun saat saya bekerja di Flores, saya tinggal di kontrakan tanpa TV, alhasil tidak pernah nonton bola. Sekarang setelah menikah dan ada TV di kontrakan kami, tetap tidak nonton bola, karena pagi banget euy. Tetapi sekarang, saya mengikuti hasil pertandingan AC Milan meski tidak lagi diperkuat Il Capitano, Maldini. AC Milan masih menawan dengan menjadi nomer 3 di liga sampai minggu ini dan menang melawan Barcelona di Babak 16 besar Liga Champions. Memang masih ada laga tandang di kandang Barca, tetapi AC Milan selalu juara di hati saya. Ternyata bola bisa membuat saya menemukan kembali semangat seperti ketika saya SMP, ketika hari senin kami bisa diskusi tentang bola, kali ini dengan keluarga dan teman-teman kantor.