Itu pertanyaan yang menggelitik saya dan berasal dari seseorang yang mungkin
merasa diri pantas mengatakannya karena status ekonomi dan pendidikannya saat
itu. Sekarang beliau sudah menjadi seorang dokter. Tapi ah bukan karena itu
diucapkan oleh orang tersebut melainkan karena muatannya.
Ya, saya anak pertama dengan dua orang adik, perempuan dan laki-laki dengan
beda usia 3 dan 6 tahun. Saya cukup dipercaya untuk memilihkan jurusan mereka
saat kuliah. Sembah nuwun Gusti, keluarga kami termasuk keluarga yang cukup
beruntung. bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang kuliah.
Bukan berarti saya cukup berhasil dengan jurusan pilihan saya. Saya masuk di pilihan ketiga saat ujian
masuk salah satu perguruan tinggi negeri di kota kami. Akan tetapi passing
gradenya masih masuk menengah lah ;).
Adik saya yang perempuan, saya sarankan masuk ke jurusan sosek pertanian
(agribisnis) karena dia ingin bekerja di bank dengan penampilannya yang memang
menunjang. Mengapa bukan ekonomi? Karena dia dari jurusan IPA di SMAnya dan
saya mengamati bak akhir-akhir ini juga merekrut lulusan pertanian. Setelah 4
tahun lebih kuliah, lulus cum laude (padahal saya tidak, kebanyakan aktivitas
organisasi, ngeles :)), dan menunggu beberapa bulan hingga
akhirnya dia ketrima di salah satu bank BUMN ternama, thx God. Saya senang dan
bangga sebagai kakak walau tidak bersumbangsing banyak, selain doa di salah
satu biara terkenal di Ruteng yang kerap mengabulkan doa yang kita tulis karena
suster-suster di sana memang suster kontemplasi yang sehari-harinya berdoa.
Adik laki-laki saya sekarang masih di semester 4 bangku kuliah. Dia di
jurusan sosiologi sama seperti saya dan adik perempuan saya di perguruan tinggi
negeri di kota kami. Itu juga jurusan yang saya bantu pilih. Awalnya dia ingin
masuk arkeologi namun kami mengarahkan pada sosiologi. Sebenarnya tak dinyana,
adik saya ini masuk di pilihan pertama, tidak seperti kakak-kakaknya. Dia
kurang lebih mirip dengan saya dengan cara yang berbeda, kami sama-sama aktif
di organisasi, dia di mapala, saya di organisasi lain. Sampai dia pernah cuti kuliah satu minggu untuk
kegiatan mapala o la la. Semoga
dia bisa lulus tepat waktu dengan nilai yang memuaskan juga. Salah satu mimpinya adalah keliling
Indonesia, mengingatkan mimpi saya dulu.
Entah apa saya bisa dibilang bisa menjadi teladan atau tidak buat adik-adik
saya, itu bukan hal yang penting. Akan tetapi saya berpikir saya yang memang
tidak suka banyak berbicara (karena kata-kata kita harus dipertanggungjawabkan)
dan lebih suka berbuat beranggapan bahwa sampai saat ini kami masih lumayan. Hal
ini akan diuji waktu. Semoga kita bisa berbuat sedikit saja untuk keluarga kita
karena mau tidak mau kita menyadari bahwa keluarga adalah dasar utama bagi komunitas,
negara, bahkan yah dunia.