Kamis, 01 September 2011

Pantai Mbrenang



Minggu pagi 28 agustus 2011, kami pergi ke pantai daerah lembor
sebenarnya tidak bisa dibilang pagi karena kami berangkat pukul 10.00
terlambat 2 jam dari rencana awal, jam 8 pagi

mengapa terlambat? karena masih menunggu beberapa teman
setelah lengkap kami berangkat dengan bemo

perjalanan kurang lebih 3 jam
tibalah kami di pantai mbrenang
padahal sebenarnya kami mau ke pantai nangalili
tetapi ternyata bemo kami melaju melewati tujuan sebenarnya

pantai mbrenang masih alami, dan sepi
hamparan pasir mengingatkanku akan daerah padang gurun
angin yang begitu kencang
langit yang begitu biru
begitu indah menjadi obyek fotografi

kami tidak bisa bermain ombak dengan puas
karena ini pantai selatan, harus waspada dengan ombak besar

setelah puas berfoto ria, bermain-main dan bersenda gurau,kami pulang
tak lupa kami membilas air di sungai

perjalanan 3 jam kembali kami lalui
melalui jalanan dengan lika-liku tajam
dan melalui deretan rumah adat di NTT yang masih dibangun

pantai mbrenang menjadi pantai kesekian di manggarai yang kukunjungi
setelah pantai dampek, pantai dintor, dll

Kisah Anak Loce, Manggarai

aku berasal dari Loce, kecamatan Reo, sekitar 4 jam perjalanan dari ibukota kabupaten Manggarai,kota Ruteng
berarti sekitar 5 jam dari tempat aku sekolah, smp Beokina, kecamatan Rahong Utara

mengapa aku sekolah di tempat yang jauh dari rumahku?
karena biaya sekolah di smp dekat rumahku, mahal
hanya terdapat smp swasta di sana
sehingga aku disekolahkan di beokina yang notabene bukan sekolah kota, sekolah desa

aku jauh lebih beruntung dibanding begitu banyak anak di desa-desa Manggarai yang tidak bisa melanjutkan sekolah sampai smp
entah karena himpitan ekonomi atau memang karena anak-anak itu memilih membantu orang tuanya
padahal untuk acara pesta, orang tua biasanya mampu untuk memberikan sumbangan bahkan membuat pesta
baik pesta sambut baru (komuni pertama), pesta sekolah (mencari dana sekolah), pesta pernikahan, pesta kematian, ataupun pesta tahbisan pastor
namun untuk pendidikan dan kesehatan malahan tidak ada biaya

aku lebih beruntung lagi karena tinggal di lingkungan gereja
di salah satu kamar di pastoran (tempat Romo tinggal)
setiap pagi aku dapat mengikuti misa walaupun aku harus bangun jam 4.30 pagi
lalu mandi ketika air begitu dingin maklum aku tinggal di lembah yang dingin
saat misa aku bergantian dengan temanku untuk membaca kitab suci dan mengangkat lagu
bagiku itu mengalahkan dinginnya air dan udara yang menusuk karena aku tidak pakai jaket

bagaimana dengan teman-temanku di desa?
hanya terdapat 1 desa untuk beberapa desa padahal jalannya jauh
sehingga mereka tidak dapat misa harian bahkan mingguan terkadang tidak
dilihat dari umat yang datang tiap minggu hanya dapat memenuhi gereja
padahal jumlah umat berkali-kali lipat dari itu

pagi hari setelah ke gereja, aku sarapan lalu pergi ke sekolah
itupun tidak harus berjalan jauh
bayangkan teman yang berjalan jauh demi ke sekolah
bisa 30 menit bahkan 1 jam

ada teman yang rumahnya terlalu jauh harus kos di dekat sekolah
kosnya pun belum ada fasilitas WC
mau tidak mau BAB di sembarang tempat
aku masih beruntung ada WC di pastoran

pulang sekolah, aku masih bisa tidur siang
lagi-lagi jauh lebih beruntung dibanding anak-anak lain yang sedang membantu orang tua mereka
mencari kayu, memasak, menjaga adik, dan hal-hal lain

namun bukan berarti aku bisa santai-santai
aku membantu mencuci piring, menyapu, dll di sore hari
setelah itu aku bermain voli dengan teman-teman
di kala anak-anak lain mungkin masih mencari kayu

akhirnya di sore hari aku mandi air dingin lagi
mengerjakan pr, makan malam dan tidur jam 10 malam