Kamis, 25 Februari 2016

Taman Sari, Wisata Budaya Yogyakarta


Sudah 8 tahun saya merantau dari kota kelahiran saya, Yogyakarta. Namun cara bertutur kata yang kata orang medok, masih menempel di diri saya. Begitu pula, cara bertingkah laku dan cara berpikir. Yang pasti, saya selalu bangga menjadi orang Jogja. Sampai suatu ketika di tahun 2009 ketika saya bertugas kerja ke pulau Lombok, saya bersebelahan dengan seorang WNA. Lalu kami ngobrol banyak dan saya menyampaikan kalau saya orang Jogja. WNA tersebut langsung bilang kalau orang Jogja selalu bangga dengan kota kelahirannya karena istrinya lama tinggal di Jogja untuk melakukan penelitian budaya. Ya, benar sekali Pak, saya juga sangat bangga menjadi orang Jogja, salah satunya adalah tempat-tempat wisata budayanya.

Kali ini saya akan sharing mengenai Taman Sari. Siapa sih yang tidak tahu tentang Taman Sari? Mungkin sebagian besar sudah tahu dan juga sudah pernah berkunjung ke sana. Namun tidak semua orang sepertinya mengetahui bagaimana seluk beluk Taman Sari. Mari kita simak bersama.


http://www.merdeka.com/gaya/di-balik-tembok-pemandian-taman-sari-yogyakarta.html


Terakhir kali saya ke Taman Sari adalah tahun 2011 bersama dua orang sahabat saya dan adik saya. Saat itu, saya sudah merantau untuk bekerja di Semarang. Saya mengantar sahabat saya untuk dapat melihat Taman Sari. Sebelumnya, saya sendiri sudah ke Taman Sari beberapa kali.

Ini foto saya di Taman Sari waktu itu:

                                       

Jadi penasaran ya, kira-kira di mana sih Taman Sari?
Taman Sari terletak di dekat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kalau Keraton sendiri tentu sudah pada tahu kan, dekat Alun-Alun Selatan untuk yang pernah nyobain Masangin (melalui 2 pohon beringin dengan mata tertutup).

Sebenarnya Taman Sari ini apa?
Dulunya, Taman Sari merupakan tempat rekreasi bagi keluarga kerajaan sekaligus benteng pertahanan. Taman Sari dibangun tahun 1758-1765 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Berdasarkan keterangan pemandu wisata di tempat tersebut, konon menara di bagian tengah digunakan oleh sultan untuk melihat para selir mandi. Dari jendela menara tersebut, sultan kemudian memilih salah satu selir dengan melemparkan bunga. Selir yang terpilih akan dipanggil ke menara. Sementara selir lainnya kembali ke keraton.

Apa saja yang ada di Taman Sari?
Taman Sari terdiri dari 4 kompleks yaitu:
      1. Danau buatan yang terletak di sebelah barat
      2. Pemandian Umbul Binangun terletak di sebelah selatan danau buatan
      3.Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati, di selah selatan Umbul Binangun
      4. Bagian sebelah timur yang memanjang dari Pemandian Umbu Binangun sampai Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati merupakan danau dengan pulau buatan serta jembatan gantung dan kanal

Apa yang menarik dari Taman Sari:
1. Ada pemandu wisata yang bisa membantu kita memahami mengenai sejarah dan nama-nama tempat di Taman Sari
2. Terdapat kompleks Kampung Taman dengan 2700 penduduk yang terkenal dengan batik tulis mereka. Kita dapat membeli di beberapa kios yang ada di kampong tersebut. Harganya cukup mahal karena batiknya hand made bukan produksi pabrik.
3. Kita bisa foto-foto di berbagai sudut Taman Sari dan bahkan cocok untuk foto pre wedding bagi yang akan menikah

Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Taman_Sari_(Yogyakarta)
http://anekatempatwisata.com/wisata-jogja-istana-air-taman-sari/ 
http://www.merdeka.com/gaya/di-balik-tembok-pemandian-taman-sari-yogyakarta.html

Selasa, 23 Februari 2016

Destinasi Wisata Imlek di Semarang



Bulan ini dimeriahkan dengan warna merah. Imlek. Begitu juga warna merah muda. Valentine. Saya memang tidak merayakan Imlek namun tiba-tiba saya teringat sekitar 7 tahun yang lalu, tahun 2009 saat saya masih tinggal dan bekerja di Semarang. Semarang merupakan salah satu basis warga keturunan Tionghoa di Jawa Tengah.

Ada beberapa destinasi yang dapat dijadikan tempat wisata seputar imlek:

1. Kelenteng Sam Poo Koong

     http://www.visitsemarang.com/artikel/klenteng-sam-po-kong

Kami pernah jalan-jalan ke Kelenteng Sam Poo Koong lalu foto-foto dengan teman-teman satu kos. Menurut www.visitsemarang.com, Komplek Klenteng Sam po Kong terdiri atas sejumlah anjungan yaitu Klenteng Besar dan gua Sam Po Kong, Klenteng Tho Tee Kong, dan empat tempat pemujaan (Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan mbah Kyai Tumpeng). Klenteng Besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan. Gua yang memiliki mata air yang tak pernah kering ini dipercaya sebagai petilasan yang pernah ditinggali Sam Po Tay Djien (Zheng He). Kelenteng ini memang pas untuk dijadikan tempat foto-foto bahkan pre wedding.



2. Pasar Semawis

Saya dan teman kantor pernah juga berkunjung ke Pasar Semawis meski saat itu bukan pas Imlek. Di Pasar Semawis dijual berbagai makanan khas Tiong Hoa baik makanan berat maupun makanan ringan antara lain nasi Ayam Semarang yang sangat terkenal, wedang tahu, lunpia Semarang yang sangat enak, siomay, mi tittee, dan es marem. Selain makanan, para pedagang juga menjual aksesoris, tas, baju, dan lainnya. Saat Imlek, pasar semawis juga dimeriahkan dengan atraksi, seperti barongsai, liong samsi dan opera jalanan. Yang paling saya ingat saat berkunjung ke pasar Semawis ada seorang Bapak yang bisa meramal kami, uniknya ramalannya benar dan terjadi sekarang.

 3. Kawasan Pecinan Semarang


Waktu jalan-jalan ke kawasan Pecinan beberapa tahun lalu, saya senang sekali karena kawasan ini berbeda dengan kawasan pada umumnya di Semarang maupun kota lain. Kawasan Pecinan Semarang terkenal sebagai kawasan Pecinan 1001 Klenteng karena jumlah klenteng di sana cukup banyak, 9 klenteng. 

Selain klenteng, kawasan ini juga terkenal dengan Lunpianya, yaitu Lunpia Gang Lombok. Lunpia ini cukup unik karena ukurannya yang lebih besar dari ukuran lunpia umumnya dan rasanya yang enak sehingga waktu ke sana, saya hanya makan 1 saja sudah kenyang. Lunpia dijual dari jam 8 pagi sampai 5 sore namun siang hari terkadang sudah habis terjual. 
Ada lagi yang menarik di kawasan Pecinan yaitu Wayang Potehi. Dulu, saya sempat melihat wayang tersebut. Wayang ini menarik karena ukurannya kecil dan banyak anak-anak yang menonton waktu itu. Sebenarnya nama wayang ini adalah Poo Tay Hie berasal dari kata Poo artinya kain, Tay artinya kantong dan Hie yang artinya wayang, namun lebih sering disebut Potehi untuk memudahkan pengucapannya. Yang menarik lagi, wayang ini diiringi musik dari barang-barang sederhana seperti panci dan wajan. Menurut saya, wayang ini harus dilestarikan karena merupakan media belajar yang menyenangkan untuk anak



“Tulisan ini diikutsertakan dalam Telisik Imlek Blog CompetitionJakartaCorners (Backlink ke www.JakartaCorners.com ) yang di Sponsori oleh Batiqa Hotels(backlink ke www.batiqa.com)” .

Rabu, 10 Februari 2016

Menjadi Juara Karena Kulintang

arthur71.wordpress.com


 “Biasanya kami hanya praktek bermain kulintang di sekolah, kami jarang menampilkan permainan kulintang kami. Perayaan Hari Anak Nasional yang pertama kali di kecamatan kami ini memberikan kesempatan untuk kami tampil,” kata Marianus, salah satu murid SDK Ngorabolo, desa Takatunga, kecamatan Golewa Selatan.

Marianus dan 83 orang temannya dari desa Takatunga mengikuti kegiatan HAN tingkat kecamatan yang diselenggarakan di desa tetangga, Were III tepatnya di SDI Utaseko pada tanggal 15 Agustus 2015. Terdapat total 326 anak yang terdiri dari 160 anak laki-laki dan 166 anak perempuan dari 4 desa yang mengikuti kegiatan tersebut. 4 desa tersebut adalah desa dampingan WVI ADP Ngada, yaitu desa Takatunga, desa Were III, desa Kezewea dan desa Watusipi.

Marianus dan teman-teman diberi bantuan dari dana desa Takatunga sebesar Rp 500.000,00 untuk dapat mengikuti kegiatan Hari Anak Nasional ini. Dana itu digunakan untuk penyewaan alat transportasi umum karena dana dari WVI ADP Ngada terbatas sehingga dilakukang sharing budget. Kontribusi ini juga dilakukan oleh 2 desa lainnya, desa Kezewea dan desa Watusipi.

Hal ini terjadi karena sejak awal perencanaan kegiatan HAN ini, masyarakat, sekolah, kelompok peduli anak (KPA) dan pemerintah desa sudah dilibatkan dalam proses. Sehingga saat pelaksanaan HAN, masyarakat mempunyai peranan yang besar seperti menjadi MC, juri, dan panitia. Di lain sisi, WVI ADP Ngada mengambil peran yang sangat kecil sehingga tidak mengambil alih peranan masyarakat untuk berkontribusi demi kesejahteraan anak di desanya masing-masing.


Berkat latihan yang rutin di sekolah dan dukungan dari Pemerintah desa, sekolah serta masyarakat, desa Takatunga mengikuti lomba menyanyi tingkat SD dan TK diiringi kulintang, berbeda dengan desa-desa lain yang hanya diiringi gitar. Maka sudah pantas bila desa tersebut berhasil menjadi juara pertama untuk lomba menyanyi tersebut baik di tingkat SD maupun TK.